Kemenpora komitmen dukung inklusivitas berolahraga bagi disabililitas
Kementerian Pemuda dan Olahraga menegaskan komitmennya dalam mendukung inklusivitas dibidang olahraga bagi penyandang disabililitas.
Elshinta.com - Kementerian Pemuda dan Olahraga menegaskan komitmennya dalam mendukung inklusivitas dibidang olahraga bagi penyandang disabililitas. Penyandang disabilitas berhak mendapatkan kesetaraan dalam berolahraga sesuai yang telah diamanatkan didalam undang-undang.
Kemenpora terus mendukung terwujudnya inklusivitas bidang olahraga. “Undang-undang No 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas menjamin bahwa penyandang disabilitas juga mendapatkan perlakukan, kesetaraan yang sama. Tidak boleh lagi ada stigma negatif terhadap para penyandang disabilitas, termasuk kesempatan berolahraga”, ujar Asisten Deputi Olahraga Penyandang Disabilitas Kemenpora, Dr. Ibnu Hasan, M.Pd, saat membuka acara Seminar Olahraga Disabilitas bertajuk Tantangan Membangun Kebiasaan Berolahraga pada Anak Penyandang Disabilitas di Hotel Grand Cokro Yogjakarta, Selasa, (15/10/2024).
Undang-undang Nomor 11 Tahun 2022 tentang Keolahragaan juga memberikan ruang tersendiri bagi penyandang disabilitas. Pasal 31 undang-undang ini menyatakan Pembinaan dan Pengembangan Olahraga Penyandang Disabilitas dilaksanakan dan diarahkan sebagai upaya mewujudkan kesetaraan berolahraga untuk meningkatkan rasa percaya diri, kesehatan, kebugaran, dan prestasi olahraga.
Pengajar Departemen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIKK UNY, yang juga Ketua Bidang Pembinaan Prestasi NPC DIY, Dr. Rumpis Agus Sudarko, MS, mengungkapkan banyaknya berbagai manfaat olahraga bagi peyandang disabilitas. Olahraga akan menjadikan penyandang disabilitas menjadi sehat, juga meningkatkan daya tahan tubuh, dan kebugaran. Dari sisi sosial, olahraga membantu inklusi sosial karena akan mengurangi stigma yang kadang dialami penyandang disabilitas.
"Dari sisi ekonomi, bahkan para penyandang disabilitas yang berprestasi bidang olahraga bisa mendapatkan penghasilan setelah berlaga menjadi juara. Yang lebih penting, olahraga akan melatih anak-anak penyandang disabilitas menjadi lebih mandiri’’, jelas Rumpis seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Izan Raharjo, Rabu (16/10).
Menurutnya, salah satu tantangan terbesar dalam membiasakan berolahraga pada anak penyandang disabilitas adalah orangtua yang kadang masih malu mengakui keberadaan anaknya sebagai penyandang disabilitas.
“Banyak orangtua yang hingga kini masih malu mengakui keberadaan anaknya yang penyandang disabilitas, ini salah satu tantangan terbesar kita”imbuhnya.
Risvani, orangtua anak penyandang disabilitas grahita, Muhammad Rafi Zulfandi, menceritakan bagaimana dukungan lingkungan berpengaruh besar pada pencapaian prestasi anaknya.
“Proses Rafi menemukan bakatnya sangat panjang. Sempat saya ikutkan taekwondo, tetapi kurang nyaman. Saya coba renang, juga pernah ikut basket, bola tangan, atletik, dan badminton. Saya berupaya terus hingga Rafi menemukan bakatnya, alhamdulillah cocoknya di badminton dan akhirnya berprestasi”, ungkap Risvani.
Seminar ini bertujuan untuk mengidentifikasi tantangan yang dihadapi oleh orang tua, guru, dan lingkungan terdekat dalam mengajarkan kebiasaan olahraga kepada anak penyandang disabilitas. Selain itu juga untuk memberikan pemahaman dan wawasan mengenai pentingnya olahraga bagi anak penyandang disabilitas.
Materi yang disampaikan juga menyediakan solusi praktis yang dapat diterapkan dalam membangun kebiasaan olahraga pada anak-anak penyandang disabilitas. Harapannya ini dapat menginspirasi dan mendorong kerjasama antara pemerintah, lembaga pendidikan, media, serta masyarakat dalam mendukung kegiatan olahraga pada anak penyandang disabilitas.